Merdeka
72 tahun sudah indonesia
terbebas dari penjajahan yang membelenggu bangsa ini. ya merdeka. Secara de
facto dan de jure indonesia telah lama merdeka, usia 72 tahun tidak muda lagi,
jika diibaratkan seorang manusia maka usia tersebut sudah amatlah matang dan
penuh ilmu serta pengalaman. Usia yang penuh kewibawaan dan bergelimang kesejahteraan serta pencapaian.
Tapi berbanding terbalik dengan
keadaan sekarang. Rakyat indonesia masih banyak yang kurang dewasa dalam
memaknai kemerdekaan. Banyak yang masih malas untuk sekedar mentaati peraturan
yang sepele seperti lampu dan rambu lalu lintas atau sekedar mengantri dengan
tertib di tempat antrian. Banyak yang masih belum “merdeka” dari pola fikir
konsumtif dan hedonis bagi kalangan anak muda. Masih banyak penduduk yang
berada dibawah garis kemiskinan. Banyak manusia yang masih terkekang
kebebasannya dan banyak yang kebablasan karena kebebasan yang mereka anut.
Masih banyak eksekutif muda dan kaum akademis yang menggunakan ilmu dan
kemampuannya hanya untuk sekedar memenuhi obsesi pribadi dan ego mereka
masing-masing tanpa ada hasrat untuk membuka pikiran lebih lebar dan keinginan
untuk membangun. Inikah makna kemerdekaan yang sesungguhnya ? kiranya masih
banyak hal yang perlu dibenahi di negeri ini.
Indonesia bangsa yang besar,
bangsa yang unik dan multikultural. Banyak pihak yang merasa sudah mengisi
kemerdekaan dengan maksimal dan sudah menjadi warga negara yang baik. Hanya
dengan mengikuti upacara kemerdekaan atau berpartisipasi pada perlombaan 17
Agustusan banyak rakyat di negeri yang merasa sudah nasionalis dan dijalur yang
benar dalam menghargai jasa para pendiri negeri ini. Semudah itukah ? atau
sekerdil itu kah makna kemerdekaan bagi rakyat indonesia di negeri ?
Rakyat indonesia kehilangan
visi besar sebagai suatu bangsa yang berdaulat. Kita kehilangan kendali dalam
perekonomian kita. Kehilangan dominasi kita dan hak-hak kita. Hukum kita tumpul
dan tidak adil. Kita tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan kita sendiri dan
terus bergantung kepada negara lain. Padahal bangsa ini adalah “zamrud
khatulistiwa”. Tanah hijau yang diberkahi. Banyak orang tua yang menyekolahkan
anaknya hanya dengan niat untuk mudah mencari kerja dan hidup enak dikemudian
hari tanpa motivasi untuk berkarya besar atau niatan bermanfaat bagi orang
lain. Banyak cendekiawan yang mudah tunduk dengan rupiah. Banyak pengusaha
pintar yang tidak berhati bersih. Dan puncaknya banyak pemimpin yang takut
kepada partai dan koalisinya tapi tidak takut terhadap tuhannya!! Masihkah
negeri ini bisa disebut negeri yang merdeka ? mari kita segera bercermin dan
merenungi keadaan saat ini dengan niat mencari jalan keluar. Bukankah keadaan
seperti saat ini tidak ingin kita wariskan kepada anak cucu kita ?
Jadi memaknai kemerdekaan tidak
sesederhana mendukung tim nasional sepakbola ketika bertanding atau debat di
sosial media dengan penduduk negeri jiran. Tapi lebih dari itu mari bergerak,
mari berbuat sesuatu, mari berupaya, mari maksimalkan potensi yang kita miliki.
Mari kita didik generasi muda kita untuk mempunyai visi dan karya besar. Mari
kita bangun perekonomian rakyat. Kita jalin persatuan antar suku, agama, ras
dan golongan. Kita bersihkan hati kita bahwa bangsa ini adalah titipan dan
amanah yang diberikan ALLAH maka sudah sepantasnya kita jaga dan makmurkan
negeri ini. Ini caraku mengisi kemerdekaan. Jadi bagaimana caramu mengisi
kemerdekaan ?
Comments
Post a Comment